Senin, 14 September 2015

☛ Proses Turunnya Hujan Sudah Dijelaskan Dalam Al-Qur'an.


penjelasandarialquran.blogspot.com © Hujan merupakan proses alam yang mendapat perhatian dari para ilmuan selama bertahun-tahun.  Selama penelitian berjalan, proses terbentuknya hujan begitu sulit dipecahkan karena kurangnya tekanologi mutakhir pada saat itu. Barulah setelah radar cuaca ditemukan, para ilmuan menemukan titik terang tentang proses pembentukan hujan.


Dalam Jurnal yang berjudul The Atmosphere (1975) kelompok ilmuan menuliskan bahwa terdapat tiga tahap dalam proses pembentukann hujan. Tiga tahapan tersebut meliputi adanya bahan baku berupa awan yang terpisah-pisah, kemudian awan tersebut bergabung membentuk titik-titik air, dan curahan hujan pun terlihat.

Pada awal penemuan tersebut, angin dalam proses hujan hanyalah sebagai penggerak awan. Memasuki abad 20, dengan peralatan yang lebih modern seperti pesawat terbang, satelit, komputer, barulah ilmuan menemukan bahwa angin memiliki fungsi yang signifikan dalam proses terbentukanya hujan. Yakni mengawinkan uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang di bawanya dari laut dan akhirnya membantu  pembentukan awan hujan. 

Temuan tentang proses hujan ini menjadi hal yang mengagumkan bagi ilmu pengetahuan modern. Selain karena waktu yang panjang dalam proses penelitiannya, ilmuan ini juga membutuhkan peralatan mutakhir dalam melakukan penelitian ini.  Namun penelitian ini begitu sederhana dimata Allah SWT. Pasalnya proses terjadinya hujan tertulis jelas dalam Al-Qur'an sejak 1400 tahun silam, yakni dalam Al-Qur'an QS Ar-Ruum ayat 48.



“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira,” (QS Ar-Ruum, ayat 48)



Bahkan jika ilmuan kesulitan menemukan fungsi angin dalam proses penelitiannya, maka Al-Qur’an juga sudah menjelaskannya dalam  QS. Al-Hijr ayat 22. Dalam ayat ini disebutkan sifat angin yang mengawinkan dan terbentuknya hujan karenanya.


“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”. (QS. Al-Hijr, ayat 22)

Ilmu pengetahuan modern, proses mengawinkan ini  terjadi di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. 

Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekitar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan dan kemudian jatuh ke Bumi dalam bentuk hujan.

Sebagaimana terlihat, angin “mengawinkan” uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang di bawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan.

Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujanpun tidak akan pernah terjadi.

Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Al Qur’an, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam. Berikut ini tahapan hujan dalam Al-Qur'an dan dibenarkan oleh sains.

Tahap 1 :
Al-Qur'an : “Dialah yang mengirim angin,…”
Sains : Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.

Tahap 2 :
Al-Qur’an : “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Sains : Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.

Tahap 3 :
Al-Qur'an : “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…”
Sains : Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Semua tahapan yang dicetikan dalam Al-Qur'an ternyata tidak bisa dibantah oleh sains. Lagi-lagi Al-Qur’an menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan. Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.


Ya Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin

¤ Salam sayang buat isteri & anak tercinta :
“Siti Nurjanah & Rachmad Hidayatullah”


 
;